Rabu, 10 Juli 2019

Suasana ramai sekali.
Penuh oleh suara suara riuh para santriwati selepas melaksanakan sholat isya, ada yang berbicara tentang sekolah, pr pr besok, seputar asrama, atau bahkan membicarakan masalah kecoak di rumah. Ramai, hangat, dan ramah.
Tapi semua itu sontak saja terhenti saat seorang ukhti (kakak) maju kearah depan membawa beberapa lembar kertas kertas kusut, yang berisikan nama nama santri yang sepertinya agak kurang beruntung malam ini. Sesi ini adalah sesi paling menegangkan selama seharian penuh, setiap harinya. Pengumuman mahkamah bahasa.
Makhkamah bahasa itu tempat dihukumnya santri santri yang melanggar bahasa sepanjang hari, mau di sekolah ataupun di asrama, semua bisa saja masuk mahkamah paling mengerikan ini, gak peduli kamu adalah anak terpintar, atau kamu anaknya pak camat, atau bahkan kamu  adeknya taehyung, semua sama saja saat pengumuman mahkamah ini, tegang, dingin, bercampur takut.
"Hadza i'lan min qismul lughoh, pengumuman ini dari bagian bahasa, ekhemm..." Umum ukhti itu didepan.
"Deg..degg..deg.."
jantungku mulai berdetak tak berirama, jujur saja aku paling takut akan pengumuman ini, pengumuman paling maut dan paling dibenci semua santri santri.
Macam macam respons para santri, ada yang takut sambil ngeremas remas mukenah sampe sampe kusut ada juga
yang udah keluar keringat dingin dari tadi, ada juga yang santay dan selow aja karena emang udah sering banget masuk mahkamah, atau ada yang pura pura keliatan selow padahal dalam hatinya lagi meratip dan berzikir zikir minta doa biar gak masuk mahkamah malam ini. Aku? Aku termasuk golongan yang ketiga, haha. Tapi sayangnya nasib malah berkata lain,
"Wa ulaikahun, dan mereka adalah : maemunah, jamilah, maesaroh, HUMAIRA, kodijah.... "
"Egh! Tu kan bener apa kubilang, aku masuk lagi mahkamah, mana kemaren aku baru juga masuk, masa masuk lagi sih, udah tiga kali lagi nih, huuhh.. " repetku yang sangat jengkel karena masuk mahkamah lagi
Jeje, teman disebelahku yang mendengarku merepet menyahut
"Alah, biasa aja lah may, aku udah 6 kali pun, banyak siapa kita?"
"Bukan masalah siapa paling banyak, besok ulangan fisika, gimana mau belajar kalau malam ini aku harus ngurusin mahkamah itu, huuhh..." Ucapku
"Hahaha, fighting may!" Kata jeje yang hanya kubalas dengan senyum terpaksa. Lengkap sudah, besok ulangan fisika, malam ini aku masuk mahkamah bahasa.
Akhirnya aku melangkah dengan gontai menuju tempat penyimpanan kaus kaki, memakai kaus kaki dengan cepat, lalu beranjak pulang, hujan gerimis perlahan turun, aku mempercepat langkah, sebelum nanti akan basah kuyup.
                        * * *
"Sampai sini aja dulu, jangan lupa pr nya minggu depan, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakuh," tutup ustad marthunis setelah selesai memaparkan ceramah plus motivasi untuk kami semuanya.
Ustad marthunis itu salah satu ustad disini, yang terkenal sering dan suka memberikan nasehat nasehat ringan untuk santri santrinya, aku terpikir akan kata kata beliau barusan,
" Kalian semuanya, bentar lagi udah mau naik kelas tiga, bentarr lagi, bentar lagi udah mau tamat, jangan sampai sia sia masa masa dan waktu di mts nya ini, tinggalkan walaupun sedikit manfaat untuk orang lain, dalam bentuk apapun itu, ..."
Aku berpikir, kira kira manfaat apa ya yang bisa kutinggalkan untuk orang lain, hal bermanfaat apa yang bisa aku lakukan ya? Tapi hal hal bermanfaat itu kayaknya susah deh buat dilakuin anak se kecil aku, tapi kalau enggak aku lakuin pun, sayang dong waktu waktu ku terbuang gitu aja tanpa menyisakan hal hal positif dan bermanfaat untuk orang lain?
Otakku terus saja berpikir hal hal tersebut. Tapi aku sadar, bukan itu saja yang harus kupikirkan, besok aku ulangan fisika, malam ini ada tahkim mahkamah, aku harus bergegas,
                          * * *
Tahkim selesai, hukuman akan kujalani besok, setelah pulang sekolah, malam ini aku harus belajar fisika, pelajaran yang semua orang tau betapa membosankannya, aku mulai membuka lembaran buku cetak fisika
           Hukum newton lll

"Hoahmmm...", Membosankan memang, namun aku tetap harus belajar, gak lama kemudian datang annisa yang juga sama sama mau belajar fisika, setidaknya ada yang menemani,
Tentang annisa, annisa ini temenku satu rumah plus satu kamar, satu kelas lagi, annisa ini dari luar keliatannya kalem gitu kayak lembu, tapi pas udah kenal sama dia, cerewetnya double double dah! Anaknya putih putih gitu, mirip anak prancis, jilbabnya panjang panjang, enggak pelit, pokoknya oke banget,
Satu setengah jam kurang dua menit berlalu, akhirnya aku selesai belajar fisika, setelah beberes dan bersih bersih aku beranjak naik tempat tidur, dan mulai menutup mata
                       *  *  *
Tapi sial, berkali kali aku mencoba tidur tetap saja tidak bisa, aku berguling guling kesana kemari, agh! Tetap saja tidak bisa baiklah, aku pasrah
aku menatap langit langit, bukan bukan langit langit malam yang indah, alih alih demikian ini hanya langit langit plafon kamar yang dikit lagi mau jatoh, lupakan tentang plafon yang sekarat itu
entah kenapa tiba tiba aku teringat akan keberadaanku di dayah ini, sudah hampir genap dua tahun aku berstatus sebagai seorang santriwati, yang mana hidupnya berubah jadi greget banget, jauh dari orang tua, ngurus hidup sendiri, hidup mandiri, tinggal sama temen, hidup sama temen, semuanya dilalui tanpa.. keluarga.
Hmmm... Pesantren ya? Enggak seburuk yang kalian pikirkan kok, pertama pertama aku masuk pesantren itu adalah tahun 2017 lalu, masih culun banget, belum ngerti apa apa tentang hidup kepesantrenan , terus juga masih belum bisa beradaptasi sama kehidupan yang seperti ini, tapi semakin jauh aku masuk kedalam, semakin aku berusaha menyesuaikan diri, semakin pula aku tak bisa meninggalkannya, pesantren itu tuh benar benar diluar ekspektasi aku, ekspektasinya seorang humaira yang ngebayangin kalau pesantren itu tuh gak enak, gak seru, ngebosenin, tertekan, ribet, dan segala macam, namun yang namanya ekspektasi ya bakalan tetap jadi ekspektasi, itu cuma bayanganku aja yang gak tau apa apa pada saat itu, karena pada saat aku semakin jauh berenang kedalam, semakin aku sadar bahwa pesantren itu tuh enggak kayak gitu, pesantren itu tuh bener bener jauuhh banget sama apa yang aku bayangkan, tempat dimana kita bisa bertemu banyak banget orang orang hebat yang mana bisa bisa ngeinspirasiin kita, pesantren itu tuh tempat dimana kita belajar untuk hidup, lah? Iya bener belajar untuk hidup sendiri, aku sadar bahwa enggak selamanya gitu kita bisa bergantung sama orang tua kita, gak selamanya kita bisa terus hidup sama keluarga, ada saatnya ketika kita ngerasain hidup sendiri dan ngurus apa apa sendiri, dan kalau itu gak kita pelajari dari sekarang ya, kapan lagi?
Terlalu banyak kisah kisah kita terukir disini, bejibun cerita yang bahkan tak tertuliskan,
Seperti ketika waktu itu di suatu siang bolong, aku dan teman teman lagi bosan bosannya di rumah, tiba tiba hujan, dan kami semua langsung berlarian keluar rumah dan kami semua mandi hujan kayak bocah, serasa dunia ini cuma milik kami, gak ada malu malu sama sekali, toh di lingkungannya cewek semua, sambil main tarik tarikan diatas karpet ala ala aladdin gitu, biar tambah seru eh tiba tiba karpetnya robek,  dan kita ketawa bareng bareng,
atau pas kita kegirangan banget dapat hadiah rumah terbersih, kita sampe suprise in  mudabbirah (kakak kelas yang tinggal serumah, ketua rumah) kita, kak Tasya sama kak Willy, terus sertifikatnya kita tempelin di depan rumah dengan penuh kebanggaan, biar orang orang tau, hahaha karena emang gak pernah sebelumnya dapat yang beginian, haha
terus pas kita ikut lomba lomba dari osis, dan kita semagatin temen temen kita bareng bareng sambil teriak teriak kayak lagi dicabut nyawa, besok paginya suara pada serak semua, hahaha,
ataupun cerita dimana kita nangis sama sama karena pada gak mau pisah rumah, terus saling peluk, nangis nangisan, berujung gotong royong sama sama ngangkut barang untuk pindah rumah, dan semua capek jadi hilang pas ibuk kantin buka kantin, woahh, langsung diserbu
atau pas ada yang ulang tahun  kita kerjain bareng bareng, tukar tukaran surat surat alay,  ah, terlalu banyak, kawan, terlalu berharga untuk dilupakan,
Satu kata mewakili pesantren, SPESIAL.
Aku tersenyum dan memeluk gulingku, ngggggg desing ac berhenti sebentar untuk sesaat kemudian kembali berdesing kembali, masa masa yang indah, dan yang sulit dilupakan. Aku memejamkan mata, kembali tersenyum atas rasa syukur yang besar sekali,
Apa yang bermanfaat? Hal positif bermanfaat apa yang bisa kuberikan untuk orang lain? Seperti ucapan ustad di kelas tadi? Aku tersenyum, sambil berdoa di dalam harapanku, semoga kisah ini akan bermanfaat, aamiin.
Perlahan tapi pasti, dan mataku mulai terpejam dan masuk kedalam lembuatnya buaian alam mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar